Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Oleh: Muhammad Farhan Suhaidi
Pendidikan adalah pilar kehidupan yang harusnya sudah dibentuk sejak kita lahir sampai bisa berfikir, bahkan hingga akhir hayat manusia. Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjung rasa keingintahuan individu dalam suatu hal. Untuk mencapai kematangan kualitas dalam pendidikan peran kelaurga sangatlah fundamental, keluarga menjadi unjung tombak dalam memepengaruhi anak, memberikan dorongan rasa ingin tahu dan membentuk dasar pemahaman terhadap pentingnya pendidikan.
Mengingat bahwa kelurga sebagai pengawas, penyedia, sekaligus berperan sebagai motivator utama bagi anak di dalam dunia pendidikan. Ketika anak memasuki masa belajar keluarga adalah garda terdepan dalam menamkan nilai-nilai karakter, dukungan emosional serta ajaran budi luhur yang baik.
Namun pada kenyataanya, saat ini sebagain besar keluarga mengalami disorientasi dalam pendidikan, pemahaman mereka akan hal ini berlandaskan kepada paham ego lokal. Anak diarahkan bak sapi perah dalam membajak sawah hingga sampai harus mengeluarkan susu, artinya adalah anak dijadikan sebagai mesin pencari uang, anak tidak memiliki kebebasan penuh untuk mengambil sikap kemana harus melanjutkan pendidikan, memilih jurusan sesuai dengan keinginan dan kemampuan, hingga tidak mampu memutuskan ia harus berkarier dalam bidang apa.
Padahal secara fundamental seharusnya anak fokus dalam mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya bukan malah dituntut dan ditekan oleh kondisi keluarga. Kondisi keluarga seperti ini akan mengakibatkan individu takut dalam mengambil sikap, mencari hal baru dan berekspresi sebebas mungkin dalam mendalami potensinya, dikarenakan harus memenuhi ekspektasi keluarga yang dibebankan kepada setiap individu, sehingga hal ini sangat berdampak kepada proses pembelajaran dalam menempuh pendidikan.
Hal ini akan banyak menimbulkan pemberontakan baik dalam segi verbal maupun non verbal, dikarenakan visi dan misi individu tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh keluarga, sehingga secara tidak lansung keluarga sudah berbalik arah menjadi hambatan bagi anak dalam menempuh dunia pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Paulo Freire bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memerdekakan individu dan membantu individu/siswa menjadi subjek bukan sebagi objek pasif.
Pola pikir keluarga lokal yang khawatir terhadap khidupan individu di masa depan dapat menjadi dasar pemahaman keluarga yang meyakini bahwa mereka memegang kendali penuh atas anaknya (individu) sendiri, itu menjadi faktor ketidak singkronan pemahaman. Keluarga tidak segan mendikte anak dengan memberikan rasa bersalah dan tekanan dari dalam yang secara tidak langsung menjadi sebuah pola-pola dalam benak masing-masing individu. Ini akan menhgakibatkan mental down bagi ndividu dalam menjalankan tanggung jawab hidup yang sedang berlangsung.
Keluarga seharusnya lebih bijak dalam menggapi permasalah hubungan seperti ini untuk bersama-sama mencari jalan tengah, bukan malah memasakan khendak pribadi atau beradu mulut dengan anak. Seperti ungkapan Ali Bin Thalib “didiklah anakmu sesui dengan zamannya”. Stetment ini mengajarkan bahwa untuk mendidik individu dalam mencapai potensi terdalam di hidupnya keluarga juga harus belajar mengikuti dan memahami cara kerja zaman.
Syogyanya keluarga dan anak harus membentuk sinergi khusus agar terjalin keharomonisan dalam melangkah dan bergerak guna membantu individu tenang dalam mengarungi dunia pendidikan. Tentu hal ini akan berdampak kepada kejernihan individu dalam berfikir, mengambil keputusan, menjadi problem solving hingga mampu menjadi orang yang bijak dalam mengambil keputusan. Sehingga dengan hal ini keluarga baru bisa dikatakan layak sebagai the power of family.
Tentang Penulis
Muhammad Farhan Suhaidi, aktif di komunitas Bawah Atap Brilian (BAB).
Info lebih lanjut cek Instagram @aatcakol