Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Oleh : Ari (Admin Aira)
Monsieur Bourdieu, akhir-akhir ini di negara saya, militer mulai banyak masuk ke ranah sipil—mengelola proyek pembangunan, duduk di jabatan sipil, bahkan mengawasi kegiatan sosial. Apa pendapat Anda tentang hal ini?
Bourdieu: Ini adalah gejala klasik dari perluasan violence—baik dalam bentuk fisik maupun simbolik. Ketika militer, yang seharusnya bergerak di ranah kekerasan fisik yang sah, mulai merambah ke wilayah sipil, maka terjadi pergeseran struktur kekuasaan yang mengancam otonomi bidang-bidang sosial lain.
Apa maksud Anda dengan violence symbolique dalam konteks ini?
Bourdieu: Violence symbolique adalah kekuasaan yang diterima sebagai sah tanpa disadari oleh yang tunduk. Ketika militer masuk ke ranah sipil dan dianggap ‘normal’, masyarakat tanpa sadar mengakui bentuk kekuasaan koersif sebagai wajar. Itu adalah bentuk dominasi yang tidak kasat mata—lebih berbahaya karena tidak tampak seperti kekerasan.
Tapi mereka masuk dengan dalih efisiensi, kedisiplinan, atau demi stabilitas. Apakah itu bentuk legitimasi simbolik?
Bourdieu: Tepat sekali. Itulah kekuasaan simbolik: kekuasaan untuk mendefinisikan dan melegitimasi realitas. Ketika narasi efisiensi dan stabilitas digunakan, itu menjadi bahasa yang membuat dominasi tampak seperti pelayanan. Tapi sebenarnya, itu adalah bentuk subordinasi bidang sipil kepada logika kekerasan negara.
Apa dampaknya terhadap masyarakat sipil?
Bourdieu: Ranah sipil kehilangan otonomi. Field atau medan seperti pendidikan, birokrasi, hingga budaya, akan tunduk pada logika militeristik—yang menekankan hierarki, komando, dan kepatuhan. Akibatnya, ruang untuk debat, kreativitas, dan partisipasi publik menyempit.
Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan masyarakat?
Bourdieu: Pertama-tama, penting untuk menamai bentuk-bentuk kekerasan simbolik itu. Bahasa kritis adalah senjata. Kedua, pertahankan otonomi medan sipil. Jika tidak, kita hanya mengganti kekuasaan represif yang kelihatan dengan kekuasaan represif yang tak terlihat, tapi lebih dalam pengaruhnya.
Ini membuka mata saya. Ternyata kita sering keliru menafsirkan maksud dari bahasa. Kita sering dikelabui oleh kata-kata yang sebenarnya memaksa kita untuk patuh dan menyerahkan otoritas diri. Saya rasa, rakyat di negara saya seringkali mengalami penderitaan akibat kekerasan simbolik semacam itu.
Bourdieu tersenyum tawar sembari mengangguk-angguk kecil. Ia mengambil cangkir kopi dan menyeruputnya segera seolah-olah fakta sosial ini menyesak di dadanya.
———————————————————————————————————
Pierre Bourdieu adalah seorang sosiolog Prancis yang sangat berpengaruh, terutama dikenal karena kontribusinya dalam memahami hubungan antara kekuasaan, budaya, dan struktur sosial. Ia lahir pada 1 Agustus 1930 dan wafat pada 23 Januari 2002. Habitus, Modal (Kapital), Medan, dan Kekerasan Simbolik adalah beberapa teori sosial yang dikembangkannya.
Bukunya berjudul “Bahasa dan Kekuasaan Simbolik” juga membahas mengenai teori-teorinya tersebut. Dalam buku ini, Bourdeu memiliki pandangan bahwa : Bahasa bukan hanya soal kata-kata, tapi juga kekuasaan. Siapa yang boleh bicara, dalam gaya apa, dan di forum mana—semua itu berkaitan dengan struktur sosial.
Dapatkan Buku Preloved Pierre Bourdieu – Bahasa dan Kekuasaan Simbolik Hanya di Aira Book Gaze! Harga Rp. 40.000. Untuk cek kondisi buku dan pemesanan bisa menghubungi kontak WA kami.
#BukuKiri # Baca sebelum dilarang