Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Menjadi Manusia Yang Autentik Di Tengah-Tengah Kepalsuan Hidup

Oleh: Edi Yarta Hakim

Manusia pada dasarnya adalah makhluk hidup yang memiliki posisi lebih istimewa dari pada makhluk hidup lainnya. Di dalam agama Islam menyatakan bahwa “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At: Tin 4). Artinya Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahluk yang lebih sempurna dari pada makhluk hidup lainnya, baik dalam segi fisik maupun nonfisik, sedangkan dalam presfektif psikologi humanistik menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat unik dan menarik, dengan ke unikannya, manusia mampu berperan sebagai subjek ataupun objek, ia berperan sebagai subjek ketika melaksanakan kegiatan sehari-hari dalam lingkungannya, dan berperan sebagai objek ketika ia memikirkan dan merenungkan dirinya sendiri. Artinya manusia sebagai makhluk hidup memiliki kemampuan yang kompleks dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan.

Namun, dibalik kesempurnaan dan keunikan manusia, hadirnya kehidupan modern seperti sekarang ini justru menjadi paradoks yang dapat menimbulkan kebingungan pada manusia, karna kompleksitas realitas hidup yang menguji batas kemampuannya, contohnya itu seperti dihadapkan oleh berbagai macam pilihan maupun tuntutan dari orang tua, keluarga, masyarakat, hingga diri sendiri. Hal ini menunjukan bahwa kita perlu menentukan apa yang menjadi prioritas dan yang sebenarnya kita inginkan dalam mencapai kehidupan.

Banyaknya tekanan sosial di tengah masyarakat modern menjadi panggung pembuktian bagi setiap indvidu, sehinga dalam rentan kurun waktu yang relatif sebentar individu mengalami krisis identitas dan keluar dari ke-autententikannya sebagai manusia yang bebas, kreatif dan bertanggung jawab pada diri pribadi masing-masing.

Karna ketika kita terlalu fokus terhadap keinginan dan harapan orang lain tanpa memikirkan apa yang sebenarnya kita inginkan dan siapa diri kita sebenarnya, ini memungkinkan kita akan kehilangan identitas diri/tujuan hidup. Sehingga kita akan bertanya-tanya pada diri kita sendiri, apakah ini pilihannya?, ataukah bukan ?, apakah itu jalannya ?, ataukah bukan ?. Dalam hal ini keseimbangan dalam mengambil keputusan memiliki peran penting untuk mencapai kehidupan yang benar-benar diinginkan.

Seperti buku yang ditulis oleh Haemin Sunim, seorang guru agama Buddha Zen dan penulis paling berpengaruh di Korea Selatan, dalam bukunya yang berjudul “The Things You Can See Only when You Slow Down”. Haemin Sunim berusaha mengajak kita untuk bersama-sama mencari jalan menuju keseimbangan dan kedamaian di tengah-tengah banyaknya tuntutan hidup. Haemin Sunim menegaskan bahwa sebenarnya segala sesuatu yang ada di dunia berkaitan dengan diri kita, dunia ada iya karna kita menyadarinya, realitas ada karna batin kita ada, hingga tanpa batin kita, tidak akan ada alam semesta, karna tidak ada orang yang menyadarinya, dan apa yang menjadi fokus pada diri kita, itulah dunia kita.

Jadi sebenarnya, di tengah-tengah kompleksitas kehidupan modern sekarang ini, perlu disadari oleh kita semua bawasanya hal yang di butuhkan saat ini adalah dunia yang sesuai dengan keinginkan dan harapkan yang difokuskan (dunia autentik), bukan pada tuntutan dunia eksternal yang tidak relevan dengan diri kita, namun kita penuh kepura-puraan dalam menjalaninya.

Padahal secara fundamental, sebenarnya kita memiliki otoritas penuh atas keputusan-keputusan yang diinginkan dan diharapkan tanpa harus mengikuti tuntutan atau tekanan dari dunia luar. Namun, sering sekali kita tidak berani untuk menolaknya, apakah kita tidak mampu untuk menolak? Tentu kita mampu. Lalu, apa yang membuat kita takut dalam bersikap? Mungkin jawabannya adalah kurangnya ketegasan dalam diri kita, atau bahkan sebagian dari diri kita sudah ditentukan oleh orang lain.

Padahal, dengan meninggalkan semua tuntutan-tuntutan dunia eksternal yang penuh dengan kepalsuan, kita dapat menciptakan sendiri dunia yang benar-benar kita ingin dan harapkan, sebuah dunia yang dibaluti oleh kenyamanan dan kebahagiaan yang mendalam, hingga pada akhirnya kita dapat menciptakan keseimbangan yang indah dan harmonis dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan.

Dan mari kita tutup tulisan ini dengan quote :

Saat aku menatap air, aku menjadi air. Saat aku melihat bunga, aku menjadi bunga, dan ketika saya fokus kepada air dan bunga, aku menjadi bunga yang mengambang di atas air” ~Master Zen Seo-ong~

Tentang Penulis

Edi Yarta Hakim
Alamat : Bayan, gerunung, Praya, lombok tengah
Aktif di salah satu komunitas bernama Bawah Atap Brilian (BAB) yang berperan aktif terhadap isu², pendidikan, sosial dan kebudayaan.
Info lebih lanjut cek Ig @yartaedi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *